Sarjana Komputer Tidak Dapat Coding? Apa Kata Dunia ?

Sarjana Komputer Tidak Dapat Coding? Apa Kata Dunia ?

joegarcia2014.com – Ini hari di milis dosen jurusan saya rumor itu ada kembali. Kembali lagi, beberapa dosen mengeluh makin banyak mahasiswa yang tidak dapat ngoding di Jurusan yang luluskan beberapa Sarjana Komputer tersebut. Dahulu, kurikulumnya yang didakwa menjadi biang kerok karena banyak mata kuliah pemrograman yang tidak ditampilkan tetapi disisipkan di mata kuliah lainnya.

Saat ini saat kurikulum telah ditukar yang baru, di mana mata kuliah – mata kuliah pemrograman itu ditampilkan lagi, kenyataannya sama juga. Makin banyak saja mahasiswa yang tetap tidak dapat. Kemungkinan, tidak lebih dari 20% saja mahasiswa yang kuasai core kemampuan sarjana komputer ini. Bahkan juga, bukan rahasia yang telah lulus dengan gelar S.Kom dan IPK bagus juga, banyak yang tetep tidak dapat ngoding properly. Tidak malu apa ya, dengan gelar Sarjana Komputer nya?

Betul memang, jika tugas untuk alumnus sarjana komputer tak terbatas pada ngoding saja. Tapi, rasa-rasanya ada yang salah saat kurikulumnya dibuat untuk membikin mereka kuasai pemrograman, tapi luaranya tidak sama seperti yang diharap. Dan ini menurut saya jadi seperti sirene menjelang diawalinya MEA. Bila bigini, bagaimana beberapa sarjana yang diharap menjadi pemain unggul di industri inovatif ini sanggup berkompetisi dengan pemain dari negara tetangga, misalnya: Singapura, Thailand, Malaysia? Lantas, siapa yang keliru?

Mahasiswanya tentu mempersalahkan dosen nya yang tidak becus ngajar. Kebalikannya, dosen nya mempersalahkan mahasiswanya yang tidak dapat diajar. Siapakah yang betul, siapa yang keliru? Baik, saya sebagai bekas mahasiswa, sebelumnya pernah menjadi dosen, dan saat ini jadi mahasiswa kembali, coba mengurai akar persoalan ini lebih fair. Tulis ya, ini sekadar penilaian saya, betul tidaknya silah direfleksikan ke sampean sendirian saja.

Kenapa Banyak Sarjana Komputer Yang Merasa Kesusahan Belajar Ngoding ?

Beberapa calon sarjana komputer ini dapat mahasiswa Jurusan ilmu komputer, teknik informatika, mekanisme info, dan jurusan yang serumpun lainnya. Menurut saya pemicunya ialah:

Banyak Mahasiswa yang Tidak berhasil ‘Move On’

Pertama, karena banyak mahasiswa yang tidak berhasil ‘move on’ dari langkah belajar dalam bangku sekolah ke langkah belajar bangku kuliah. Dasar mata kuliah pemorgraman umumnya diberi di semester 1 dan semester 2. Nach saat langkah belajar yang digunakan mahasiswa masih langkah belajar dalam SMA disanalah akan memunculkan permasalahan. Apa sich perbedaannya langkah belajar anak sekolahan sama anak kuliahan?

Filsosofinya simpel sekali, anak sekolahan itu seperti anak kecil yang tidak dapat makan sendiri hingga harus disuapi, jika anak kuliahan sampean itu dipandang telah besar (istilah kece nya ‘adult learner‘), bisa makan sendiri. Jika lapar ya makan sendiri dan tahu makanan apa yang terbaik buat kamu. Sebagian besar mahasiswa cuma memercayakan dan merasa cukup belajar cuma dari perkuliahan di kelas, walau sebenarnya kuliah dikelas itu semestinya hanyastimulus alias perangsang buat sampean untuk belajar sendiri selanjutnya. Analoginya, kuliah di kelas cuma panduan makanan apa yang baik untuk perkembangan sampean. Seterusnya sampean sendiri yang perlu cari dan makan sendiri makanan tersebut.

Baca Juga : Jurusan Kuliah Yang Lulusannya Diperlukan Oleh Kemlu

Banyak Mahasiswa yang SPOILED alias MANJA

Kedua , karena makin banyak mahasiswa yang SPOILED alias MANJA alias Manis Jancuki. Ini berdasar pengamatan saya memperbandingkan mode mahasiswa zaman saat ini dan mahasiswa zaman saya dahulu (awalnya 2000 an). Karena mungkin lingkungan zaman anak saat ini yang terlampau dimanjakan oleh teknologi dan dibalut budaya konsumerisme yang mengakibat psikis ora wani soro ini. Mahasiswa zaman saat ini ke kampus riasanya stylish, harum. Ke kampus nyetir mobil.

Peganganya beragam Handphone. Tongkronganya (alasanya ngerjakan pekerjaan bersama) di mall. Dari keluarga miskin, dapat tunjangan biaya hidup beasiswa Incar Visi. Zaman saya kuliah dahulu, pakaian unggulanya jaket hima (dalamnya tidak gonta-ganti, berbau pisan), ke kampus umumnya jalan kaki atau ngontel, atau sekeren-kerenya pakek sepeda motor butut. Smartphone tuch yang punyai masih sebagian orang dan smartphone nokia monophonic yang dapat buat ngelempar asu.

Saya juga paham dengan mata kepala sendiri, ada banyak rekan saya yang perlu kerja sembarangan untuk untuk tetap bertahan hidup karena orangtua tidak sanggup mengongkosi. Tapi jika berbicara semangat juang jangan bertanya. Masih ingat zaman kuliah dahulu, jika ngerjakan pekerjaan harus di lab. Hampir setiap malam bahkan juga sabtu-minggu ngelembur ngerjakan di Lab. Jangankan netbook, PC saja masih satu 2 orang yang punyai. Internet masih tetap barang mahal, tidak sama saat ini yang ada WIFI dimana saja.

Hingga semua harus ditangani di Lab. Zamanya dosen saya (tahun 90-an) lebih soro . Tapi keringanan sarana yang dipunyai mahasiswa zaman saat ini itu anehnya tidak membuat mahasiswa makin pandai. Namun kebalikannya. Jika zaman dahulu, seorang mahasiswa dapat kuasai 3-5 bahasa pemrograman itu telah terbiasa, anak saat ini dapat satu bahasa pemrograman saja telah sukur. Indeed, semangat belajar mahasiswa zaman dahulu lebih tinggi dari mahasiswa zaman sekarang ini. Betul filosofi huruf jawa, kalaudipangku mati, maknanya jika seorang itu terlampau dikasih keringanan justru kreativitasnya mati, dan kebalikannya.

Jarak Knowledge Yang Terlampau Lebar Di antara Dosen dan Mahasiswanya

Ke-3 , ada jarak knowledge yang terlampau lebar antara dosen dan mahasiswanya. Dosen minimal harus memiliki ijazah S2, banyak diantarkannya yang bergerlar Doktor dan Professor. Nach, ini kerap kali beberapa dosen secara tidak sadar jika yang ada di depanya ialah beberapa anak yang baru lulus sekolah kemaren sore. Kerap kali dosen ini memakai jargon-jargon yang kurang membumi yang biasa di kepala dosen, tetapi tetap benar-benar asing di kepala beberapa mahasiswa. https://joegarcia2014.com/

Jarak knowledge berikut yang kerap kali membuat mahasiswa tidak berhasil memahami bahkan juga justru kebingungan. Baiknya, seorang dosen yang luar biasa ialah yang dapat menerangkan beberapa konsep yang sulit jadi beberapa hal simpel yang gampang dimengerti mahasiswanya, pola pikir nya saat mengajarkan sementara harus dirubah dahulu ke pola pikir beberapa anak yang baru lulus sekolah kemaren sore. Tapi, indeed pengalaman saya menjadi dosen, ini bukanlah kasus yang gampang.

Panduan Belajar Bahasa Pemrograman

Seperti saya sebut di atas pokoknya ialah sampean harus dapat belajar sendiri tanpa menanti diajari dan tidak manja. Hidup ini akan berasa keras jika sampean terlampau lunak pada sampean sendiri. Kebalikannya, hidup akan berasa lunak jika sampean keras pada diri sampean sendiri. Sampean tidak dapat menuntut dosen semestinya ini dan demikian, karena sampean telah dipandang dewasa, dipandang tahu apakah yang harus dilaksanakan.

Jika sampean merasa tidak paham ya bertanya langsung sama dosen nya atau sampean dapat mengetahui sendiri dari tempat lainnya.Belajar dalam zaman saat ini, apa lagi belajar pemrograman dan kemampuan IT lainnya itu lo sebetulnya sangat gampang. Sampean punyai netbook, punyai akses internet, dan dapat bahasa Inggris. Sampean dapat belajar apa dari internet. Jika tidak paham tempatnya, tinggal bertanya sama mbah Google. Lah sampean sich netbook cuma dipakek untuk facebookan, twitteran, ngepath, dan instragraman saja. Mas, Mbak mbok ya digunakan untuk belajar.

Belajar ngoding itu merunut saya ada dua hal yang perlu dimengerti. Pertama ialah conceptual kemampuan dan yang ke-2 ialah technical kemampuan. Untuk kekuatan konseptual sampean harus memahami beberapa dasar algoritme dan susunan data. Algoritme itu akan membuat sudut pandang sampean bagaimana menuntaskan persoalan komputasi secara rasional. Untuk kekuatan technical kemampuan sampean perlu melatih langkah mengekpresikan conceptual kemampuan dengan bahasa pemrograman yang detil.